Thursday, August 09, 2007

Humel Herritage

Sebuah plang terpampang jelas, memperlihatkan gambar kubah dengan tulisan "mosque" dibawahnya. Tak ragu lagi!, bercampur gembira!, ternyata ada juga yang namanya masjid di kota ini, city of Malolos. Kami langkahkan dengan serentak, melewati naungan gapura bertuliskan "Humel Herritage". Perjalanan dari naungan gapura ke letak masjid, ternyata cukuplah jauh. Senja pun menggantikan terang, yang hanya beberapa saat lagi akan digantikan bintang. Bergegaslah kami untuk mencari, berbelok, di atas hamparan aspal, ditengah padang rumput. Maka..., setelah berjalan bersama, alhamdullillah akhirnya tiba pula didepan gerbang masjid. Diiringi adzan berkumandang, kami gegaskan pergerakan untuk berwudhu, bersuci untuk menghadap kekasih bersama, Allah SWT.

Masjid itu kecil, tapi tidak memperlihatkan kepengecutannya ditengah perkampungan asing. Sederhana, tapi tetap memperlihatkan kesungguhan untuk menjamu tamu-Nya. Cukup dua saf saja jamaah solat kami. Dipandu Imam masjid yang fasih menyerukan ayat Allah, menyejukkan hati kami setelah lama berkeliling kota Malolos. Pakaian mereka layaknya timur tengah, dengan jubah tanggung pakistan. Gembira terasa, akhirnya saudara kami dipertemukan disini. Di kota Malolos.

Dalam solatku, ternyata ada yang cukup berbeda saat akan diakhiri. Serasa solat subuh..!, "ah apa iya..? inikan maghrib!". Ternyata memang berbeda, solat disini memakai Qunut. Kuikuti saja qunut itu, toh pada dasarnya ini kan pendapat yang memang masih dipersimpangan. Kulakukan qunut. Sama dengan yang biasa diserukan di Indonesia, lebih panjang, dan mempunyai arti yang bagus. Kuselesaikan solat ini dengan berdzikir bersama, dan diakhiri dengan sholat sunat dua rakaat. Oh ya, sebelumnya kutanya temanku, "mau dijama' gak isya'-nya", tapi memang seperti sudah menjadi kesepakatan, "dah, nanti aja dihostel..".

Akhirnya, senyum yang bertebaran mengiringi 'salaman' kami setelah solat. Brotherhood of Islam!!. Bangganya kami diterima oleh imam masjid layaknya tamu negara. Tentu mereka senang, karena sangat jarang saudara jauh mampir layaknya musafir yang berkunjung. Tanya-jawab mereka buka, mulai dari "where do you come from..?" tanya imam dengan mantap. Tak kalah bangga, serentak kami jawab "We are student, Come from Indonesia!". Persaudaraan terasa kental, ketika duduk melingkar mendengarkan nasihat imam masjid yang cukup renta, tapi tetap terlihat bugar dan tegap.

***

Sampai akhirnya, pertanyaan tiba pada (pake bahasa indonesia aja ya..., sebenernya percakapan kami pake bhs inggris sih, tapi biar cepet nulisnya..OK).

"kapan kalian tiba disini, kok tadi gak ikutan Jumatan ya..?" layaknya interograsi.

"Wah, kami memang tidak ikut Jumatan, soalnya baru sampai ke kota ini jam 12 siang, lalu disambut oleh Rektor BSU"

"Lalu, apakah kalian tidak tahu kewajiban sholat Jumat?, bukankahtelah diterangkan secara jelas oleh Alquran, sampai-sampai Allah telah mengutuk kaum yahudi menjadi kera karena tidak mengindahkan seruan hari sabat?"

Disini, mulai keras pertanyaan sang Imam. Seakan-akan, kelompok tersalah melakukan hal yang memang salah.

Pembelaan pun terlontar, "kami anggap perjalanan kami sebagai musafir yang akan diberi keringanan oleh Allah untuk tidak melakukan hal yang wajib"

"Oke, kalau itu saya mengerti..". " Lalu apakah kalian melakukan sholat dhuhur?".

"Tentu Pak, setelah penerimaan rektor BSU, kami melakukan kewajiban sholat kami.."

"Nah, apakah kalian melakukan sholat dhuhur setelah Jumat"

Bingunglah kami disini, memang seperti apa seharusnya.. kami memang tidak melakukannya di Indonesia.

"Karena itulah, Allah menimpakan musibah pada umat Islam. Apakah kalian tidak memahami mengapa Iraq bergolak, Arab saudi dengan kekacauannya, umat islam di timur tengah terus panas bertempur. Apakah kalian tidak mengerti kenapa Tsunami menghantam Aceh?."

Nah mulai dari sini kita mulai bingung nih..

"Bukankah telah jelas tertulis di hadits nabi, ketika Muhammad isra' mi'raj menerima perintah solat dari Allah, dan kemudian berulang kali menawar dengan nasihat Musa, sampai akhirnya 5 waktu solat saja selama sehari!!". "Oleh karena itu, lakukanlah solat dhuhur setelah sholat jumat!".

Ternyata ini sungguhan!! kami dibentak!! diingatkan!!. Apakah ini cara mereka menyambut tamu jauh, yang sebenarnya saudara seislam sendiri. Kenapa mereka, mempertanyakan dan mempermasalahkan hal yang bersifat fikih ibadah..?!.

Tak ingin kalah, maka pembelaan mulai dijeritkan, "Di Indonesia kami melakukan sholat jumat dua rakaat, khutbah menggantikan sholat dhuhur, maka dari itu kami tidak melakukan lagi sholat dhuhur".

"Tidak ada kata lain, tidak ada ceritanya khutbah menggantikan dhuhur.. sesuatu hal yang berbeda!!".

Tak ada penyelesaian...

****

Akhirnya setelah lama berdebat, yang dimenangkan oleh imam masjid, maka adzan pun berkumandang untuk kedua kali menandakan waktu isya. Kami kembali sholat, tentu dengan qunut. Tapi yang membuat tegang... saat kita bersiap sholat menyusun saf, ternyata...dari belakang imam masjid itu menyandarkan M16 dibelakang mimbar...!!. Ckckck... dahsyat.. anak buah abu sayyaf kali ya...!!.

Dikalungkanlah M16 itu setelah sholat, layaknya pejuang jihad di medan perang. Dengan tegap tegar tapi ramah, imam tersebut dengan jamaahnya menepuk menyalam kami dengan hangat "We are Moslem, We are Brothers!!". Diantar sampai pintu masjid, kembali bercengkrama. Blitz kamerapun gak lupa menyalak mengabadikan kegagahan pejuang islam filipin. "You are save in here". Nah lo, kenapa dia berani jamin?. Oh ternyata dia tu komandan polisi di kota ini ya.. makanya nenteng M16 dengan nyantai... Wuufffh..

Nah lanjutan penjelasan tentang fikih ini akan cepat kuposting, melalui tulisan langsung sang Imam. Tentu dengan tambahan opini dariku, diiringi juga dari pendapat buku "dahulukan akhlak diatas Fiqh".

Tunggu tulisan selanjutnya Okeh..!!

1 comment:

Anonymous said...

k baca tulisan ini serasa de javu baca tulisan lain hehehehe, penggambarannya hampir sama. jadi pengen tau macem2 kehidupan saudara muslim di luar INA