Saturday, August 18, 2007

Dia

Wajahnya terlihat 'sumringah' ketika kudatang, mengagetkannya dari Bandung datang ke Pekalongan. Ketemui dia di belakang rumah, kaget, langsung memelukku, menggendongku dan mengangkatku keatas. "Sendiri dari Bandung??", tanyanya terlihat bangga.

Saat kukecil pun, dia punyai sebuah foto yang kini tak tau dimana. Tapi kuyakin, sekarang masih tersimpan apik didalam lemarinya. Sebuah foto yang dia bangga untuk memajangnya. Kuingat dialah sendiri yang memasangnya. Di ruang keluarga, sebelah TV, samping pintu, atas kasur santainya. Ya.., foto seorang anak kecil yang memakai toga kelulusan TK. Kukenal baik foto itu. Wajahnya mirip sekali denganku, karena memang dialah aku.


Waktu besarku bertambah, dia makin senang bermain denganku. Ditemani oleh kakak dan adikku, juga tentunya sepupuku. Tapi memang paling kuingat adalah setiap kedatanganku, tentunya uang jajan yang banyak akan segera mengisi kantongku. Sesaat datang, dan sebelum pulang. Membuatku ingin sering pulang ke rumahnya, di Pekalongan sana.

Tiap Lebaran tiba, rumahnya sesak oleh anak dan cucunya. Ya.., penuh sesak, sehingga tidurkupun harus diluar kamar. Didepan tv, diatas karpet, ditemani oleh putaran kipas besar yang tertempel di atap rumah. Tentu, hal yang kusenangi dari waktu lebaran adalah buka bersama dihari terakhir ramadhan. Semua mengelilingi makanan ditempat duduk yang sama rata dengannya. Melingkar, bercanda, dan saling menanyakan kabar diantara saudara. Sama halnya ketika jamuan makan Idul Fitri, setelah pulang dari lapangan simpang lima.

Hal yang paling kusuka darinya adalah bagaimana dia membentuk keluarga. Sungguh senang jika diriku seperti dia dihari tuaku nanti. Bagaimana tidak!, dia begitu "sangat" dimanjakan oleh 4 anaknya. Salah satunya tentu ibuku. Guyonan ibuku, mengatakan bahwa dialah sebuah piala bergilir, yang diperebutkan oleh 4 anaknya. Sebuah piala, yang menjadi sebuah kehormatan besar jika dia berkunjung ke rumah anaknya. Manjanya amat sangat, dia akan selalu memanggil anaknya ketika kangen. Dan seketika itu juga, anaknya yang terpanggil akan langsung datang, meskipun sibuk ataupun terlalu malam. Satu hal yang dia paling suka adalah pijat "plus" langsung dari anak dan cucunya. Karena ketika dipijat, kita beri dia servis plus "obrolan" sehingga dapat berbicara dengan lebih dekat. Tentang keadaan, curhatan, keinginan, kita semua.

Ya.., memang itulah balasan dari anak2 yang dahulunya dia besarkan dengan kesungguhan. Perhatian yang besar selalu menyertai langkah kami. Doanya tak tertahankan, meskipun kita tak memintanya. Karena dia sudahlah mengerti.

Dia besarkan anaknya dengan didikan dan kesungguhan. Didikan akan kesungguhan, kebersamaan, kesantunan, kebaikan, dan tentunya agama. Itulah yang membuat diriku mendapatkan didikan serupa dari orang tuaku. Dialah wiraswasta sejati, tokoh kampung yang dihormati, pembayar sedekah, pemakmur masjid, serta tetangga yang santun.

Tubuh rentanya memang membuatnya menjadi lemah. Terlihat dari pandangan di usia akhirnya. Tapi ku tak pernah melihat kelemahannya untuk beribadah kepada-Nya. Selalu bisa menjadi inspirasi. Dialah yang menangis karena sakit, ketika beberapa hari ramadhan tak dilewatinya dengan shaum. Dialah yang sering menangis didepan anak dan cucunya ketika kehilangan beberapa kali shalat jumat saja. Dialah, yang jika semasa sehatnya, akan datang ke mushola miliknya, ditemani beberapa cucu dan dibantu langkahnya dengan tongkat.

Entahlah kenapa ku tak langsung menangis mendengar berita itu. Hanya bisa terdiam, tapi memang tak kaget. Terakhir kali kudengar suaranya hanya lewat telpon. "Mbah pamit ya.., mau pergi dulu, minta doanya..". Suaranya lemah menjawab, tetapi masih terdengar riang ditelingaku. Dan akupun masih disini tak bisa mengantarnya...., mungkin doa saja kuharap itu cukup.

Ya.., memang sudah waktunya saja dia menemui pemilik sejatinya. Yang akan memberinya balasan, kasih sayang, dan perhatian yang lebih besar dari kami semua. Hanya setetes kecil saja, perhatian kami dibanding-Nya. Dia tak pernah hilang dari kami, kumerasakannya. Toh karena sejak dulu dia selalu ada di hati kami!!

1 comment:

Anonymous said...

wah salut deh punya kawan helmi.
wah turut sedih ya mi,..
semoga amal ibadah beliau di terima disisinya.
turut sedih juga karena adikmu gak diterima spmb,semoga mendapatkan yang terbaik di Itenas.
sebagai orang yang pernah merasakan gagal spmb.saya hanya bisa memberikan saran buat adikmu.ketika merasa sanggup lakukanlah sekuatnya maka Allah yang akan menentukan.
Bos,blognya baru ya>>??
baru join juli 2007.
mendingan di friendster aja.he3x.
kata ikbal "prenster"
he3x